Kerang dan Mutiara

Posted by Nasyithun Izzah Jumat, 26 April 2013 0 komentar
Sebuah mutiara yang bersinar indah tidaklah muncul begitu saja
Dia berasal dari kerang yang kesakitan
Bersabar dari waktu ke waktu
Melapisi batu yang masuk ke dalam tubuhnya
Agar batu itu tak melukai dirinya
Dan tanpa sadar merubahnya menjadi mutiara
Kalau semua ingin jadi mutiara
Maka siapakah yang akan jadi kerangnya?
Saat perempuan-perempuan berlomba menjadi mutiara
Aku akan menjadi sebuah kerang
Kelak akan kuhasilkan mutiara yang bersinar sangat indah
Lebih indah dari sinarku bila menjadi mutiara
Karena ini adalah sebuah tugas mulia
Tugas mulia seorang ibu

Baca Selengkapnya ....

Poligami? Ehmm....

Posted by Nasyithun Izzah Kamis, 25 April 2013 0 komentar

Suatu hari teman menulis pada akun facebooknya: “TERBUAT DARI APA OTAK DAN HATI LAKI-LAKI YANG POLIGAMI ITU!”. Sebuah status yang cukup menarik perhatian. Ditulis dengan huruf kapital semua yang seringkali diasosiasikan marah atau jengkel.


Entah apa yang terjadi padanya, mungkin baru saja mendapat pengalaman buruk dengan poligami, membaca cerita poligami, atau menonton tv yang mengangkat isu poligami. Poligami memang sangat sensitif terutama bagi perempuan. Teman saya yang biasanya lembut dan kalem mendadak jadi ‘berang’ akibat poligami.
Banyak yang berkomentar dan sebagian besar atau malah semuanya adalah laki-laki, pihak yang diuntungkan dengan poligami ^_^. Ketika saya menunjukan status itu pada suami dia bilang, “Ya, terbuat dari bahan yang sama dengan otak dan hati-mu”.
Jawaban sederhana tapi kalau dipikir-pikir ya memang betul. Terbuat dari apakah otak dan hati laki-laki? Bagi yang pernah belajar biologi pasti setuju bahwa otak dan hati tersusun atas sel-sel  yang membentuk jaringan-jaringan serta pembuluh darah kapiler. Tak ada bedanya antara laki-laki dan perempuan, kecuali perbedaan pengaturan hormon, sensitivitas rangsangan, dan lipatan otak yang bisa menunjukkan seberapa sering otak digunakan menyimpan informasi.
Tapi kan perempuan cenderung menggunakan perasaannya. Namun bila ditelusuri lebih lanjut, dimana letak perasaan perempuan? Di otak, hati, atau jantung? Saat perempuan resah dan cemas otak memerintahkan melepaskan hormon kortisol yang membuat keringat dingin, jantung berdebar-debar, dan menurunkan imun tubuh. Kenapa kalau senang, sedih , takut, cemas, yang berdebar-debar adalah jantung? Padahal kalau senang kita bilang “hatiku gembira”, saat sedih “hatiku sakit huhu”.
Well, balik to the topic yaitu poligami, anggap saja yang tadi sekedar intermezo hehe... Saya termasuk orang yang tidak menyukai poligami, mana ada sih perempuan yang rela di poligami? Beda lho ya rela sama diam saja. Tapi untuk menentang poligami saya tidak berani, sungguh-sungguh tidak berani. Karena dalam Al Quran di surat An Nisa Allah telah membolehkan menikahi perempuan dua, tiga, atau empat. Masa saya mau menolak ketentuan Allah?
Kemudian dalam lanjutan ayatnya kalau takut tidak bisa berlaku adil maka nikahilah satu saja. Saya pun tidak mau menghujat yang berpoligami, karena memang dibolehkan. Kalau bisa berlaku adil tidak ada yang bisa melarang. Ada juga lho yang poligami lalu istrinya rukun-rukun aja gitu.
Sekarang media banyak yang menyudutkan laki-laki berpoligami padahal kalau dia mampu ya tidak apa-apa kan. Tapi kan kasihan istri pertamanya? Yah kasihan juga, tapi kita juga tidak bisa ikut campur urusan rumah tangga orang, mungkin ada sebab-sebab yang kita tidak tahu yang menyebabkan laki-laki berpoligami. Entah istri sakit sehingga tidak bisa melayani suami, istri mengalami masalah reproduksi, ditinggal istri bertahun-tahun buat mengejar rupiah, atau dari awal memang sudah salah memilih suami yang suka lirik kanan-kiri.
Satu hal yang perlu diluruskan bahwa hukum poligami adalah boleh, bukan sunah bukan pula wajib. Jadi bila ada yang poligami terus bilang karena mengikuti sunah rasul itu perlu dipertanyakan. Kenyataannya walaupun Al Quran membolehkan poligami tapi tidak ada satu hadis Nabi yang menganjurkan umatnya untuk berpoligami, yang ada adalah anjuran menikah bagi yang mampu. Rasulullah sendiri berpoligami bukan karena dorongan seksual tapi ada sebab-sebab tertentu.
Aisyah misalnya, dinikahi Rasulullah setelah kematian Khadijah karena beliau beberapa kali memimpikan Aisyah. Zainab menikah dengan Rasulullah sebagai dasar hukum bahwa anak angkat tidak memiliki hubungan nasab sehingga Zainab, mantan istri Zaid (Zaid diangkat anak oleh Rasulullah saat zaman jahiliah) halal dinikahi. Rasulullah menikahi Shafiyyah, putri Yahudi untuk menyelamatkannya dari tawanan perang, Saudah (perempuan berkulit hitam yang lanjut usianya) dinikahi untuk membantu mengurus rumah tangga Nabi sepeninggal Khadijah. Ummu Salamah dinikahi karena Abu Salamah, suaminya, meninggal dunia dan meninggalkan duka yang mendalam bagi Ummu Salamah.
Seandainya Rasulullah seorang hipersex seperti yang dituduhkan musuh-musuh islam, tentulah beliau berpoligami saat berusia 25 tahun. Usia yang penuh vitalitas dan semangat muda. Tapi beliau justru menikah dengan Khadijah yang berusia  40 tahun dan terus mendampinginya sampai Khadijah meninggal 25 tahun kemudian. Betapa Rasulullah sangat mencintai Khadijah, meski sebelumnya Khadijah dua kali menjanda.
Sungguh suatu perbuatan tercela jika seorang yang berpoligami karena hawa nafsu tapi mengatakan mencontoh Rasul, sedangkan Rasulullah semua istrinya adalah janda kecuali Aisyah. Rasulullah bukan menigkuti keinginannya beristri banyak, tapi ada sebab musabab dan kemashlahatan yang lebih besar.
Jadi intinya bolehkan berpoligami? Boleh saja, asal bisa memenuhi persyaratan yang tergolong berat. Kalau saya pribadi daripada menyibukkan diri dengan hal yang sudah jelas hukumnya dan sampai kapanpun akan tetap menimbulkan perdebatan antara laki-laki  dan perempuan, lebih baik memikirkan bagaimana caranya memberi lebih pada suami. Sehingga saat melihat istrinya dia merasa gembira dan tenang, merasakan kasih sayang luar biasa dari istrinya sehingga tidak ada kesempatan untuk memasukkan poligami dalam pikirannya.
Janganlah perempuan merasa tidak adil, kalaulah perempuan islam menyadari betapa Allah membebankan sedikit pada kaum perempuan dan memudahkannya memasuki surga, tentu semua orang ingin jadi perempuan. Cukup melaksanakan sholat lima waktu, puasa ramadhan, mentaati suami, dan memelihara kehormatannya maka ia boleh masuk surga dari pintu manapun. Amin ya Robbal  ‘alamin.

Baca Selengkapnya ....

Catatan Seorang Istri dan Ibu

Posted by Nasyithun Izzah Jumat, 19 April 2013 0 komentar
Hari-hari saya tidak lepas berurusan dengan orang-orang seperti ini: 
Suami, 27 tahun: berpendirian kuat, pemikir, punya gaya hidup berbeda dari orang kebanyakan, bercita-cita besar, serta punya ego dan harga diri tinggi
Raihan, balita usia 2 tahun: lincah, suka berjalan, keras kepala, tidak menerima penolakan, punya ego lebih besar dari ayahnya


Dan... saya terjepit diantara mereka berdua. Sisi baiknya abinya Raihan punya sisi kedewasaan sehingga sering mengalah saat berebut pengaruh dengan anaknya.
Seringkali saya tidak bisa mengerti jalan pikiran mereka berdua. Yang satu karena dia “memikirkan apa yang tidak saya pikirkan” sedangkan satunya belum mau bicara untuk mengatakan keinginannya. Jadilah saya hanya bisa menbak-nebak dan akhirnya berujung pada banyak kesalahan.
Suami memiliki cita-cita jangka panjang dan juga mengetahui bagaimana cara mencapainya. Ia akan tahan menerima penolakan, sikap sinis, dan ketidakpercayaan orang lain. Langkah-langkahnya diperhitungkan dengan matang, mengatakan hanya yang ingin dia katakan, dan tidak selalu mau membagi pikirannya. Itulah mengapa ia kelihatan lebih tua beberapa tahun, rambut mulai beruban, dan mengalami beberapa masalah dengan rambutnya.
Ia tidak suka mengabarkan berita buruk lewat telepon, sangat menjaga perasaan ibunya, tidak suka membeli barang bila yang lama masih bisa dipakai dan bersikukuh tidak mau terikat oleh dunia. Suatu hari saat melihat lemari pakaian, dia berkata, “Pakaian ini masih cukup sampai mati nanti, tidak perlu membeli pakaian baru.” Pendapat yang agak aneh mengingat saya suka dengan pakaian baru hehe...
Suami makan seadanya , jarang menginginkan makanan tertentu. Menyukai makanan murah dan sehat. Allah memberi banyak kemudahan untuk kami, rezeki, kesehatan, dan rasa cinta. Saat teman-teman dikantor mulai berlomba membeli kendaraan, yang punya motor ingin mobil, atau bagi yang sudah bermobil ingin mengganti baru, dia masih keukeuh dengan sepeda motor Happy-nya. “Motor riwayat ini, Pak,” begitu jawabnya saat ditanya orang kenapa tidak membeli baru. Belakangan saya  tahu kalau dari SMA sudah memakai motor itu.
Ia tidak mengijinkan saya bekerja, menginginkan sepenuhnya dirumah, mengasuh anak dan mendidiknya sepenuh hati. Keputusan yang sangat menguntungkan karena saya bisa mengembangkan hobi (mudah-mudahn suatu hari nanti bisa menjadi lahan bisnis) dan mengasuh anak pertama kami yang sangat istimewa.
Bagaimana tidak, anak saya itu dari kecil sepertinya sudah mewarisi bakat orang tuanya. Dia sangat suka berjalan dan mempunyai bakat pemikir. Kalau sudah berjalan tak peduli pagi, siang, sore, ia akan berjalan sampai kakinya lelah. Kalau dihitung-hitung mungkin rekor terjauhnya adalah 2 kilometer. Jarak yang luar biasa untuk anak usia 2 tahun.
Saat melihat teman-temannya bermain, ia hanya berdiri mengamati, kalau dirasa menarik ia akan mendekat, kalau tidak maka ia melewatinya dan tak menoleh sedikitpun. Mainan yang biasa disukai anak-anak belum tentu disukainya. Ia tidak mudah puas dan gampang bosan, sehingga saya harus mencari ide-ide agar dia tidak bosan, meski seringkali saya kelelahan dan mengeluarkan senjata pamungkas agar ia duduk tenang: memutarkan video anak-anak.
Ternyata menjadi seorang ibu rumah tangga dan berada di tengah-tengah makhluk yang egonya melebihi tubuhnya ini tidak semudah membalik telapak tangan. Kadang ingatan saat bekerja dulu sangat menarik hati dan mengecilkan arti mengurus rumah tangga, yang kata orang tidak produktif dan identik dengan wanita tak berpendidikan tinggi. Tapi sesaat kemudian saya tersadar bahwa 2 orang ini adalah pelengkap hidup saya dan sebuah anugerah yang patut disyukuri, ditengah banyaknya  orang yang merindukan memiliki keluarga dan anak-anak.
Mungkin benarlah pendapat ini, “Semodern apapun wanita, sepintar apapun dia, dan setinggi apapun jabatannya, tetaplah dalam hatinya menginginkan keluarga dan anak yang ia lahirkan sendiri. Meski banyak yang menginginkan kesetaraan gender, dimana laki-laki dan perempuan dituntut setara dan sama tanpa memperhatikan jenis kelamin, namun seorang wanita belumlah merasa sempurna jika dia belum menjadi ibu. Satu hal yang tak seorang laki-lakipun ingin mengambil peran mulia ini.”
Selamat Hari Kartini.

Baca Selengkapnya ....
TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Ummi Raihan.