Suatu hari teman menulis pada akun
facebooknya: “TERBUAT DARI APA OTAK DAN HATI LAKI-LAKI YANG POLIGAMI ITU!”. Sebuah
status yang cukup menarik perhatian. Ditulis dengan huruf kapital semua yang
seringkali diasosiasikan marah atau jengkel.
Entah apa yang terjadi padanya,
mungkin baru saja mendapat pengalaman buruk dengan poligami, membaca cerita
poligami, atau menonton tv yang mengangkat isu poligami. Poligami memang sangat
sensitif terutama bagi perempuan. Teman saya yang biasanya lembut dan kalem
mendadak jadi ‘berang’ akibat poligami.
Banyak yang berkomentar dan
sebagian besar atau malah semuanya adalah laki-laki, pihak yang diuntungkan
dengan poligami ^_^. Ketika saya menunjukan status itu pada suami dia bilang,
“Ya, terbuat dari bahan yang sama dengan otak dan hati-mu”.
Jawaban sederhana tapi kalau
dipikir-pikir ya memang betul. Terbuat dari apakah otak dan hati laki-laki?
Bagi yang pernah belajar biologi pasti setuju bahwa otak dan hati tersusun atas
sel-sel
yang membentuk jaringan-jaringan
serta pembuluh darah kapiler. Tak ada bedanya antara laki-laki dan perempuan,
kecuali perbedaan pengaturan hormon, sensitivitas rangsangan, dan lipatan otak
yang bisa menunjukkan seberapa sering otak digunakan menyimpan informasi.
Tapi kan perempuan cenderung menggunakan perasaannya. Namun bila
ditelusuri lebih lanjut, dimana letak perasaan perempuan? Di otak, hati, atau
jantung? Saat perempuan resah dan cemas otak memerintahkan melepaskan hormon
kortisol yang membuat keringat dingin, jantung berdebar-debar, dan menurunkan
imun tubuh. Kenapa kalau senang, sedih , takut, cemas, yang berdebar-debar
adalah jantung? Padahal kalau senang kita bilang “hatiku gembira”, saat sedih
“hatiku sakit huhu”.
Well, balik to the topic yaitu
poligami, anggap saja yang tadi sekedar intermezo hehe... Saya termasuk orang
yang tidak menyukai poligami, mana ada sih perempuan yang rela di poligami?
Beda lho ya rela sama diam saja. Tapi untuk menentang poligami saya tidak
berani, sungguh-sungguh tidak berani. Karena dalam Al Quran di surat An Nisa
Allah telah membolehkan menikahi perempuan dua, tiga, atau empat. Masa saya mau
menolak ketentuan Allah?
Kemudian dalam lanjutan ayatnya
kalau takut tidak bisa berlaku adil maka nikahilah satu saja. Saya pun tidak
mau menghujat yang berpoligami, karena memang dibolehkan. Kalau bisa berlaku
adil tidak ada yang bisa melarang. Ada juga lho yang poligami lalu istrinya
rukun-rukun aja gitu.
Sekarang media banyak yang
menyudutkan laki-laki berpoligami padahal kalau dia mampu ya tidak apa-apa kan.
Tapi kan kasihan istri pertamanya?
Yah kasihan juga, tapi kita juga tidak bisa ikut campur urusan rumah tangga
orang, mungkin ada sebab-sebab yang kita tidak tahu yang menyebabkan laki-laki
berpoligami. Entah istri sakit sehingga tidak bisa melayani suami, istri
mengalami masalah reproduksi, ditinggal istri bertahun-tahun buat mengejar
rupiah, atau dari awal memang sudah salah memilih suami yang suka lirik
kanan-kiri.
Satu hal yang perlu diluruskan
bahwa hukum poligami adalah boleh, bukan sunah bukan pula wajib. Jadi bila ada
yang poligami terus bilang karena mengikuti sunah rasul itu perlu
dipertanyakan. Kenyataannya walaupun Al Quran membolehkan poligami tapi tidak
ada satu hadis Nabi yang menganjurkan umatnya untuk berpoligami, yang ada
adalah anjuran menikah bagi yang mampu. Rasulullah sendiri berpoligami bukan
karena dorongan seksual tapi ada sebab-sebab tertentu.
Aisyah misalnya, dinikahi
Rasulullah setelah kematian Khadijah karena beliau beberapa kali memimpikan
Aisyah. Zainab menikah dengan Rasulullah sebagai dasar hukum bahwa anak angkat
tidak memiliki hubungan nasab sehingga Zainab, mantan istri Zaid (Zaid diangkat
anak oleh Rasulullah saat zaman jahiliah) halal dinikahi. Rasulullah menikahi
Shafiyyah, putri Yahudi untuk menyelamatkannya dari tawanan perang, Saudah
(perempuan berkulit hitam yang lanjut usianya) dinikahi untuk membantu mengurus
rumah tangga Nabi sepeninggal Khadijah. Ummu Salamah dinikahi karena Abu Salamah,
suaminya, meninggal dunia dan meninggalkan duka yang mendalam bagi Ummu
Salamah.
Seandainya Rasulullah seorang
hipersex seperti yang dituduhkan musuh-musuh islam, tentulah beliau berpoligami
saat berusia 25 tahun. Usia yang penuh vitalitas dan semangat muda. Tapi beliau
justru menikah dengan Khadijah yang berusia 40 tahun dan terus mendampinginya sampai
Khadijah meninggal 25 tahun kemudian. Betapa Rasulullah sangat mencintai
Khadijah, meski sebelumnya Khadijah dua kali menjanda.
Sungguh suatu perbuatan tercela
jika seorang yang berpoligami karena hawa nafsu tapi mengatakan mencontoh
Rasul, sedangkan Rasulullah semua istrinya adalah janda kecuali Aisyah. Rasulullah
bukan menigkuti keinginannya beristri banyak, tapi ada sebab musabab dan
kemashlahatan yang lebih besar.
Jadi intinya bolehkan berpoligami?
Boleh saja, asal bisa memenuhi persyaratan yang tergolong berat. Kalau saya
pribadi daripada menyibukkan diri dengan hal yang sudah jelas hukumnya dan
sampai kapanpun akan tetap menimbulkan perdebatan antara laki-laki dan perempuan, lebih baik memikirkan
bagaimana caranya memberi lebih pada suami. Sehingga saat melihat istrinya dia
merasa gembira dan tenang, merasakan kasih sayang luar biasa dari istrinya
sehingga tidak ada kesempatan untuk memasukkan poligami dalam pikirannya.
Janganlah perempuan merasa tidak
adil, kalaulah perempuan islam menyadari betapa Allah membebankan sedikit pada
kaum perempuan dan memudahkannya memasuki surga, tentu semua orang ingin jadi
perempuan. Cukup melaksanakan sholat lima waktu, puasa ramadhan, mentaati
suami, dan memelihara kehormatannya maka ia boleh masuk surga dari pintu manapun.
Amin ya Robbal ‘alamin.