Ibu Rumah Tangga? Hebat!
Selasa, 10 Juli 2012
0
komentar
Halooo... akhirnya bisa nulis lagi. Sudah lama tangan ini
nggak menyentuh keyboard. Lumayan kaku juga sih. Yah, beginilah kalau
dihinggapi rasa malas, rasanya nggak ingin ada di depan komputer. Pinginnya tuh
tiduuuur aja, mumpung ada waktu dan kesempatan.
Raihan yang sekarang sudah berusia 1,5 tahun, begitu
menguras tenaga. Siang harus stand by menemani bermain padahal aku juga masih
harus menyelesaikan pekerjaan rumah, yang seringkali harus dilakukan saat
raihan tidur. Tidur pagi/siang sekitar 2 jam diisi dengan mencuci, nyapu,
beres-beres. Pas giliran selesai kerjaannya pas juga raihan bangun dan acara
bermain pun dimulai lagi, nah kapan istirahatnya?
Malam tak pernah tidur nyenyak, harus bangun beberapa kali.
Seringkali minta mimik, atau merengek digigit nyamuk. Tau-tau sudah subuh dan
kesempatan tidur malam sudah berakhir.
Pernah beberapa kali sambil mengawasi bermain saya tertidur,
tapi lima menit kemudian bangun tergagap-gagap karena Raihan nangis atau
ditarik-tarik Raihan yang ingin main kuda-kudaan.
Menjadi ibu ternyata tidak mudah. Meski seringkali dianggap
tidak produktif, menjadi Ibu rumah tangga lebih berat dari kerja diluar. Saat
seorang wanita memutuskan menjadi ibu dan menjalani perannya di rumah maka
pekerjaan 24 jam nonstop telah menanti. Pekerjaan-pekerjaan ibu rumah tangga
terlihat sepele tapi sangat menguras tenaga dan waktu. Mencuci, mengepel, memasak,
membersihkan kaca, mengasuh anak, menyiapkan sarapan, setrika, melipat pakaian
adalah contoh agenda rutin ibu rumah tangga.
Apa sih hebatnya pekerjaan seperti itu? Dilihat sekilas
memang tidak ada yang perlu dibanggakan apalagi diapresiasi. Seolah-olah
pekerjaan itu memang sudah sewajarnya dan tidak perlu dibesar-besarkan. Tapi
seperti kebanyakan hal yang ada di dunia ini, baru terasa penting kalau sudah
kehilangan. Seandainya si ibu rumah tangga tidak mau lagi menyelesaikan segala
macam tetek bengek itu dan memilih pekerjaan lain di luar rumah apa yang
terjadi?
Bisa dipastikan rumah jadi kotor, berantakan, dan sangat
tidak nyaman untuk dihuni. Si ayah tidak akan menemukan apa-apa di meja makan.
Pakaian kotor akan menggunung. Lantai kotor dan licin, rumah berbau tak sedap.
Barang-barang berserakan dimana-mana dan si anak akan lebih senang bermain
diluar dari pada duduk manis di rumah.
Lalu langkah apa yang akan diambil untuk mengatasi tragedi
terbengkalainya pekerjaan rumah? Kalau punya dana lebih pembantu rumah tangga
jadi pilihan utama, tak lupa baby sitter untuk mengasuh anak, terkadang
ditambah tukang kebun untuk merawat tanaman, potong rumput, dan naik-naik ke
atas genting kalau ada yang bocor. Coba hitung berapa uang yang harus
dikeluarkan?
Kalau tak ada uang yah terpaksa semua dilakukan sendiri,
kebayang nggak sih para ayah harus bangun pagi buta untuk masak dan menyiapkan
sarapan? Atau melihat laki-laki pemimpin keluarga menyapu, mengepel, dan
mencuci pakaian? Ditambah menggendong anak kesana-kemari demi menyuapi anaknya
yang susah makan? Ih, nggak banget deh, jawab para suami dan ayah.
Penilaian yang tidak adil seringkali membuat ibu rumah
tangga bukanlah sebagai profesi. Seolah-olah, wuss, ada begitu saja dan tidak
perlu diperhatikan. Padahal ibu rumah tangga berarti menghemat pengeluaran
keluarga untuk gaji pembantu dan baby sitter. Selain itu ada hal yang lebih
penting yang tidak bisa digantikan dengan uang, yaitu kasih sayang bagi
anak-anaknya.
Seprofesional apapun, sebaik apapun, sesayang apapun
pembantu atau baby sitter pada anak-anak tidak akan pernah menyamai kasih
sayang ibu pada anaknya. Ada ikatan batin yang tidak bisa diganti oleh
siapapun. Kelembutan dan kasih sayang seorang ibu dalam mengasuh, menyayangi,
dan menegur putra-putrinya tidak akan sama dengan orang lain, bahkan oleh sang
kakek atau nenek.
Kalau kita memposisikan diri sebagai anak-anak tentu lebih
memilih bersama ibu daripada baby sitter. Kenapa? Karena antara anak dan ibu
ada ikatan emosi yang kuat. Anak cenderung merasa nyaman dipelukan ibunya bukan
orang lain.
Seringkali kita tidak menyadari ini, hingga suatu saat banyak
orang tua terperanjat dan bertanya-tanya, kenapa anak saya jadi susah diatur?
Kenapa anak saya tidak mau mendengar perkataan orang tuanya? Anak yang tumbuh
tanpa kasih sayang yang utuh cenderung menjadi anak yang bermasalah dalam
perliaku dan kehidupan sosialnya.
Seorang teman pernah ‘nekat’ menitipkan anaknya pada
tetangga demi melamar kerja. Persoalannya kelihatan sepele tapi bisa
menghancurkan kehidupan rumah tangga, teman saya itu menderita kebosanan dan
kejenuhan. Sebelum menikah dia memang aktif bekerja dan menduduki jabatan
penting di beberapa organisasi. Setelah menikah dan hamil ia memutuskan keluar
dari pekerjaannya dan kegiatan organisasi.
Setelah sang buah hati lahir lambat laun dia mulai merasakan
kejenuhan. Dia yang sebelumnya aktif kesana-kemari dengan kegiatan yang padat
harus mengurus anak 24 jam. Tahun-tahun pertama seorang anak memang sangat
merepotkan, apalagi dia merantau keluar pulau mengikuti suami, tanpa dukungan
keluarga dekat. Bisa dibayangkan betapa menderitanya teman saya itu.
Si suami seringkali harus lembur di akhir pekan, sementara
menggaji pengasuh bukan pilihan yang memungkinkan. Teman saya yang lain sering
memberi semangat padanya agar bersabar sebab anak adalah amanah yang harus
dijaga. Penghasilan suami masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup jadi
tidak ada hal yang mendesak agar istri ikut bekerja.
Namun, suatu hari
(mungkin saat itu bosannya sudah mencapai ubun-ubun) dia menitipkan anaknya
yang berumur 7 bulan ke tetangga agar bisa melamar kerja. Banyak lamaran yang
diajukan tapi selalu kandas karena perusahaan tidak mau menerima wanita yang
sudah memiliki anak.
Apakah Anda pernah mengalami hal serupa? Merasa jenuh dan
tak berarti karena hanya sibuk berkutat di rumah hari ke hari? Ya, saya pernah.
Sempat terlintas untuk kerja agar bisa mengurangi kejenuhan. Tapi suami saya
melarang dan berkata bahwa saya sebaiknya menekuni wirausaha yang bisa
menjalankan bisnis di rumah sekaligus mengasuh anak kami.
Apakah usaha saya berhasil? Yah, sempat jalan sih, tapi
harus berhenti karena ternyata mengurus balita sangat-sangat merepotkan. Tiap
kali saya di depan komputer (saya berjualan jilbab online) Raihan selalu ikut
nimbrung dan membanting keyboard. Dia itu aktif sekali, sementara kami sudah
berkomitmen tidak akan menyerahkan pengasuhan Raihan pada baby sitter.
Lalu terpikir kuliah lagi, kan lumayan saat selesai kuliah
(kira-kira saat itu Raihan sudah masuk SD) saya bisa menjadi guru seperti
cita-cita saya. Tapi keinginan itu harus ditunda karena (lagi-lagi) Raihan
tidak bisa berpisah dari saya. Jadi, sementara ini saya bersabar dan menikmati
setiap momen perkembangan Raihan sambil sesekali menulis kalau sempat dan tidak
malas hehe.. siapa tau juga Allah berkenan memberikan adik buat Raihan.
Memang tidak mudah menjadi seorang ibu tapi jika ingin
memiliki anak yang hebat dan sesuai dengan harapan orang tua ada harga yang
harus dibayar. Tenaga, waktu, dan pikiran harus dicurahkan penuh demi anak. Tidak
orang hebat atau sukses tiba-tiba muncul begitu saja. Ada proses panjang
pendidikan dalam kehidupannya, yang bersumber pada bagaimana cara orang tua
mendidiknya.
Kebanyakan para ilmuwan, pengusaha sukses, tokoh-tokoh dunia
ber-ibu-kan seorang ibu rumah tangga. Ibu mereka memberikan amunisi yang tak
bisa diberikan orang lain dan tidak ada di buku-buku, yaitu kasih sayang, semangat,
dan harapan. Anak bisa mendapatkan pelajaran, ilmu, uang, dan pengalaman dari
luar. Tapi kasih sayang orang tua hanya bisa didapatkan dari orang tuanya
sendiri bukan orang lain.
Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi
anak-anaknya. Karena itu, bersemangatlah para mommy yang sedang mengawal
perkembangan putra-putrinya, percayalah menjadi ibu adalah pilihan yang mulia.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Ibu Rumah Tangga? Hebat!
Ditulis oleh Nasyithun Izzah
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://sayaummiraihan.blogspot.com/2012/07/ibu-rumah-tangga-hebat.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Nasyithun Izzah
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar