Bila Istri Marah
Rabu, 13 Februari 2013
2
komentar
Kehidupan rumah tangga tidaklah mulus-mulus saja. Banyak
riak-riak kecil yang menggoyang biduk atau terkadang ombak besar menghantam
hingga membuat perahu perkawinan terbalik hampir karam. Ada yang berhasil
membalik lagi perahunya kemudian membersihkan air yang masuk geladak tapi tak
sedikit yang akhirnya membiarkan perahunya tenggelam ke dasar lautan.
Diantara riak itu adalah perasaan marah. Mulanya hanya
riak kecil tapi bila tak tertangani dengan baik maka marah bisa berubah menjadi
gelombang yang menghancurkan rumah tangga. Dua orang yang bersatu dalam
perkawinan pastilah membawa ego masing-masing. Sebelum bertemu pasangan mereka
dibesarkan dalam keluarga dengan pola pendidikan berbeda. Teman-teman dan lingkungan
juga berbeda maka tak jarang perbedaan ini menimbulkan pergesekan.
http://hettapiburger.deviantart.com |
Seorang istri mengeluh suaminya tidak romantis, tidak
mau mandi, dan ingin menang sendiri. Kadang
terlalu perhitungan dalam keuangan. Sedang suami merasa istri terlalu cerewet
dan banyak menuntut. Hal-hal seperti ini sering terjadi, sehingga menyulut
amarah yang berujung saling menyalahkan.
Secara alami perasaan marah dan tidak puas lebih sering
melanda perempuan daripada. Hal ini disebabkan perempuan lebih sensitif dan
menginginkan segala sesuatunya sempurna, walaupun dirinya memiliki kekurangan
sana-sini. Ditambah pengaruh hormon yang seringkali berdampak pada
ketidakstabilan emosi. Bila perasaan marah menguasai maka tidak ada kebaikan
yang nampak di matanya, kemudian tanpa sadar gerutuan bahkan cacian keluar dari
mulut.
Islam memberi tuntunan yang jelas dalam masalah ini yaitu
seorang istri tak boleh berbicara diatas bicara suaminya yang berarti nada
bicara istri tidak boleh lebih tinggi daripada suami, apalagi sampai membentak,
menghina, dan memukul suami. Kedudukan suami sangat tinggi dalam keluarga.
Mungkin sebagian besar perempuan bertanya-tanya
kenapa aturan ini hanya ditujukan bagi para istri, padahal ada suami yang juga
bicaranya kasar maka tidak bolehkah istri membalas dengan perkataan serupa?
Ini karena hak suami atas istri sangatlah besar
sebanding dengan kewajibannya. Suami harus mencari nafkah, melindungi keluarga,
menghindarkan diri dan keluarganya dari api neraka, menjaga kehormatan,
menjamin semua keluarga hidup dengan baik, pengambil keputusan, bertanggung
jawab terhapap perilaku istri dan anaknya, dan suamilah yang akan ditanyai
menegenai kepemimpinannya di akhirat kelak.
Bahkan sebenarnya tanggung jawab menyiapkan makanan,
mengerjakan urusan rumah tangga adalah tanggung jawab suami. Karena itu jika
Anda berkesempatan berkunjung ke negara-negara arab yang ajaran islam dijadikan
hukum maka Anda akan melihat para istri disana hanyalah mengurusi suami dan
mendidik anak-anaknya. Sedangkan urusan rumah tangga suami yang mengerjakan
atau paling tidak menggaji seorang pembantu. Ke sanalah para TKW kita banyak
dibutuhkan.
Berbeda dengan negara kita yang secara budaya mengatakan
bahwa mencuci, masak, membersihkan rumah adalah tugas istri, padahal jika para
istri tahu apa yang mereka lakukan bukanlah pekerjaan rendahan yang identik
dengan perempuan berpendidikan rendah, tentu banyak wanita lebih memilih di rumah.
Sesungguhnya setiap pekerjaan yang menyangkut urusan rumah tangga adalah
sedekah yang balasan tertingginya adalah surga. Bukankah Allah Maha Pemurah
yang menjadikan urusan rumah tangga sebagai jalan menuju pintu ampunanNya?
Urusan rumah tangga inilah yang juga kerap membuat
istri ‘kalap’ dan akhirnya menuduh suami tidak pengertian serta merasa menjadi orang
yang paling banyak berkorban dan menderita. Para istri merasa kelelahan dan
merana, karena tiap hari hanya berkutat dengan tetek bengek rumah tangga
sehingga tidak bisa jalan-jalan, belanja, atau ke salon memanjakan diri. Tak bisa
berkumpul dengan teman-teman dan mengikuti trend terbaru.
Istri juga merasa suami tidak pernah mengerti
penderitaan istri dan mementingkan dirinya sendiri, lalu pada saat itu yang
tampak hanya keburukan suami saja.
Salah satu sifat wanita adalah apabila marah ia
melupakan kebaikan suami. Seandainya suami melakukan kebaikan selama 23 jam
maka itu tidak ada artinya bila istri marah, meski keburukan suami hanyalah 1
jam.
Keluhan istri misalnya berkata, “Ah, suamiku itu
susah sekali diatur, baju sering berantakan, sepatu sering kotor, seperti habis
dari sawah saja. Kita kan susah nyucinya, mana bau keringetnya gak enak banget.
Bahkan tanpa tanya-tanya ngasih makanan di rumah buat pengemis, padahal kan aku
yang capek-capek masak.”
Biasanya sesama perempuan akan merasa simpati dan
dalam hati ikut mengata-ngatai suaminya. Namun sebenarnya suami sudah melakukan
kebaikan yang amat banyak, ia bekerja mencari nafkah lalu diberikan ke istrinya,
saat istri tidur ia yang bangun menggantikan popok anaknya, masakan istri
terlalu asin suami diam saja, istri menggerutu suami menerima lapang dada,
suami membelikan baju dan perhiasan untuk istrinya, seminggu sekali diajak
makan di restoran enak. Tapi hanya gara-gara ‘berantakan’ dan bersedekah
makanan kebaikannya yang begitu banyak hilang sudah.
Dalam acara Mamah Dedeh di salah satu stasiun TV ada seorang
ibu-ibu yang mengadu kalau suaminya tidak pehatian pada keluarga, semua uangnya
digunakana untuk memenuhi hobinya. Hingga si istri merasa tidak dinafkahi.
Lalau Mamah Dedeh bertanya, “Selama ini buat masak uang dari mana?”
“Dari suami,” jawab si ibu.
“Buat sekolah anak-anak, uang dari mana?”
“Dari suami,”
“Buat kebutuhan ini-itu, siapa yang ngasih duit?”
“Ya, suami.”
“Lalu kenapa bilang suami tidak perhatian?”
“Tapi, kan pas-pasan, Ma. padahal dia punya uang tapi habis
digunakan buat hobinya.”
Lalu dengan tegas Mamah Dedeh bilang, “Itu namanya Anda sebagai
istri kurang bersyukur. Suami udah ngasih nafkah masih dibilang nggak
perhatian. Suami itu memang berkewajiban ngasih nafkah, tapi tidak wajib
memberikan semua penghasilan pada istri. Selama kebutuhan rumah tangga
terpenuhi terserah suami uangnya mau dipakai buat apa, kan itu hasil usaha suami.”
(Percakapan
diatas kurang lebih isinya begitu, saya tidak bisa menuliskan secara persis
karena tidak punya rekamanannya)
Itulah sebabnya Rasulullah bersabda bahwa kebanyakan
penghuni neraka adalah wanita (maaf, saya tidak bisa menuliskan hadisnya secara
lengkap) bukan karena wanita melakukan dosa besar seperti membunuh atau berzina
tapi karena kufur (durhaka) pada kebaikan suami.
Karena itu saat marah berusahalah mengendalikan diri,
paling tidak jaga lisan ini agar tak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan
suami. Ingat-ingatlah kebaikan suami dan pahamilah bahwa tiap orang bisa
melakukan kesalahan termasuk suami. Tiap orang juga punya kebiasaan buruk yang
untuk mengubahnya butuh waktu dan kesabaran. Bukankan kita juga punya kebiasaan
buruk?
Saat menikah adalah saat kita berjanji untuk menerima
kelebihan dan kekurangan suami sekaligus, satu paket utuh. Tak bisa memilih
hanya kebaikannya saja dan menafikan kelemahanya. Kekurangan suami yang
disebutkan terus menerus akan membuat jengkel dan marah hatinya, hingga bisa
saja suami meluapkan kemarahannya yang selama ini terpendam dan pada akhirnya
istrilah yang terluka.
Dan yang paling penting membuat suami murka dan
meyakiti hatinya amat besar dosanya di sisi Allah. Semoga kita diberi kesabaran
dalam mengarungi biduk rumah tangga,sehingga selamat sampai pelabuhan terakhir
yaitu surga yang penuh kenikamatan. Amin.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Bila Istri Marah
Ditulis oleh Nasyithun Izzah
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://sayaummiraihan.blogspot.com/2013/02/bila-istri-marah.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Nasyithun Izzah
Rating Blog 5 dari 5
2 komentar:
Salam kenal ummi raihan saya kagum sm tulisan anda mengenai istri marah sprtny anda mengerti coz ilmu agama. Bolehkah sy bertanya n minta pendapat sy seorang istri memiliki 2 anak. Untuk mengenai hukum agama sy blm terlalu mengerti krn sy seorg mualaf. Sy ingin bertanya apa salah klo sy marah pd suami yg tdk mau membantu mengurus anak n pekerjaan rmh tangga dia lebih mementingkan hobyny bermain game dr pd bermain dgn anak2ny.apa salah jika sy marah dan tdk mo melayani kebutuhan dia..apa yg sebaiknya sy lakukan?
Tapi kenapa setiap suami marah selalu mengatakan kata2 kasar?
Posting Komentar