Kata Dokter Anak Tentang Campak
Rabu, 17 Oktober 2012
5
komentar
Saat berumur 14 bulan Raihan terkena campak atau orang jawa
bilang ‘gabag’. Awalnya aku tidak curiga saat badannya mulai sumeng. Kupikir
itu karena pileknya. Beberapa hari Raihan pilek dulu sampai aku juga tertular
flu. Meski suhu badannya agak hangat Raihan tetap kuajak jalan-jalan di luar
rumah dan tetap bermain seperti biasa.
Hari jumat kepalaku pusing dan lemas. Badanku pun rasanya
nggak enak. Aku mengira tertular pileknya Raihan, jadi aku banyak tidur dan
untungnya Raihan pun tidurnya lama waktu siang. Setelah tidur badanku sudah
agak mendingan tapi justru Raihan yang panas. Aku cemas masa ketularan aku?
Bukannya aku yang ketularan Raihan?
Namun Raihan tidak segera kubawa ke dokter. Kami memang
sudah terbiasa tidak buru-buru membawa Raihan periksa jika badannya panas.
Bahkan saat umur 9 bulan Raihan terkena cacar air, aku dan suami tidak pergi ke
dokter sama sekali. Kami mengobati sendiri di rumah dengan minum minyak
habbatusauda yang diteteskan ke mulut Raihan. Berbekal informasi di mbah google
yang mengatakan bahwa cacar disebabkan oleh virus maka kami memutuskan merawat
sendiri.
Seperti yang diketahui sampai sekarang belum ada obat untuk
membunuh virus. Obat-obatan yang ada hanya bisa meringankan gejala penyakit
yang disebabkan virus. Jadi tidak langsung membunuh virusnya. Tubuhlah yang
membentuk kekebalan tubuh dan lambat laun menghancurkan virus itu sehingga
ketika virus yang sama menyerang lagi tubuh sudah kebal. Makanya penyakit cacar
air hanya menyerang sekali seumur hidup.
Jadi cara terbaik melawan penyakit yang disebabkan virus
adalah memperkuat daya tahan tubuh misalnya dengan makan yang banyak,
mengkonsumsi vitamin, madu atau habbatussauda.
Kembali ke soal campak. Hari Sabtu panasnya semakin naik
bahkan saat siang panasnya tinggi. Aku mulai khawatir tapi karena Raihan tidak
terlalu rewel dan tidur aku menunggu
perkembangan selanjutnya. Saat sore, setelah bangun tidur, aku membuka bajunya
untuk diganti ternyata di badannya ada bintik-bintik merah. Aku menduga ini
gejala campak. Tapi karena takut salah diagnosa aku dan suami memutuskan pergi
ke dokter.
Untung dokternya tidak terlalu antri. Anehnya walaupun sakit
Raihan masih bisa main kuda-kudaan yang ada di ruang tunggu praktik. Dia
tertawa-tawa dan melambaikan tangan. Begitu masuk ke ruang pemeriksaan dokter
bertanya padaku:
Dokter : kenapa ini,
Bu?
Aku : ini Dok,
anak saya demam dan di badannya ada bintik-bintik merah
Aku membaringkan Raihan ditempat tidur dan menyingkap
bajunya ke atas. Dokter memeriksa dengan stetoskop dada dan perut Raihan.
Dokter : ini gabag,
Bu.
Aku : gabag? Apa
gabag itu sama dengan campak.
Dokter : (agak gugup)
iya sama. Gabag itu ya campak.
Aku : (berbicara
dalam hati: bukannya ada imunisasi campak, tapi kok masih bisa kena campak ya?) kira-kira berapa lama sembuhnya, ya Dok?
Dokter : kira-kira 3-5
hari. Apa pilek juga?
Aku : Iya, sudah
beberap hari (raihan) pilek.
Dokter : Siapa lagi
yang pilek di rumah? Apa ada obat penurun panas di rumah?
Aku : saya pilek
juga. Kalau obat penurun panas ada. Dulu dapat resep dari sini (waktu itu
Raihan katanya kena pneumonia)
Dokter : kalau gitu
saya beri resep untuk obat dan vitamin. Ibu tolong diusahakan pakai masker di rumah.
Aku : Ini obat
buat apa ya?
Dokter : (dengan wajah
yang agak gimana gitu) obat untuk anti campak dan anti pileknya.
Aku manggut-manggut, nggak mau nanya panjang lebar. Walau
bukan dokter gini-gini aku juga ngerti tentang penyakit yaa... dikit-dikit lah.
Takut dokternya emosi gara-gara kebanyakan tanya. Sebenarnya percakapannya
lebih panjang karena aku tanya ini-itu tapi takut yang baca jadi males ya
disingkat saja hehe...
Dengan berbekal resep aku dan suami keluar. Kami berunding
sebentar kira-kira ditebus nggak obatnya. Apalagi kami akhirnya jadi yakin
bahwa Raihan kena campak. Setelah dipikir-pikir kami memutuskan pergi ke apotek
tapi nggak langsung nebus, konsultasi dulu sama apotekernya.
Untung apotekernya
seorang wanita muda yang sabar dan ramah. Saat kutanya obat apa yang diresepkan
mbak apoteker menjawab dengan sabar. Benar resep itu adalah obat dan vitamin.
Obat disini adalah antibiotik untuk mencegah infeksi pilek. Lalu kutanya bisa
tidak menebus vitaminnya saja. Mbak apotekernya bilang bisa, jadilah aku hanya
menebus vitamin saja.
Sebenarnya aku melakukan itu semua bukan tanpa perhitungan
atau nggak mau keluar uang banyak buat beli obat. Tapi karena aku tahu bahwa
campak disebabkan oleh virus dan yang bisa membunuh virus adalah tubuh sendiri.
Jadi aku berpikir lebih baik memperkuat daya tahan tubuhnya daripada memberikan
antibiotik. Aku juga tahu maksud dokter memberi antibiotik supaya tidak ada
infeksi sekunder yang disebabkan virus flu karena daya tahan tubuh sedang lemah
menghadapi serangan virus campak.
Namun meihat kondisi Raihan yang masih bisa bermain dan
masih mau minum ASI (sampai sekarang Raihan masih ASI full tanpa susu formula)
aku yakin tubuhnya bisa kuat. Aku tidak mau membiasakan Raihan mengkonsumsi
obat kimia karena pasti ada efek sampingnya. Semakin sering minum obat maka
efektivitas obat semakin turun, karena tubuh membentuk sistem kekebalan
sehingga bila sakit lagi harus menggunakan dosis yang lebih tinggi.
Aku lebih memilih cara tradisional seperti memberikan minyak
habba, madu, parutan kunyit, atau air kelapa muda. Keesokan harinya suhu tubuhnya
turun dan lusanya sudah tidak demam lagi. Padahal vitamin yang diberi dokter
baru diminum satu sendok. Mungkin itu karena daya tahan tubuhnya yang bagus dan
jarang terkena obat-obatan kimia. Lagi pula dokter bukan dewa dan bisa saja memberi obat melebihi kebutuhan. Ada beberapa
penyakit yang tidak perlu minum obat jadi tidak usah dipaksakan.
Kini saatnya menjadi pasien cerdas dan jangan hanya menerima
begitu saja apa yang dikatakan orang lain, termasuk dokter. Kita perlu mencari
second opinion atau opini kedua, agar bisa memutuskan lebih bijaksana. Bagi
para Ibu jangan mudah panik saat anak sakit usahakan tenang dan berbicara
dengan suami. Terkadang tidak semua penyakit perlu minum obat. Pada saat balita
anak memang mudah sakit, namun sakit tersebut justru membuat tubuh kebal
sehingga setelah besar nanti tubuh bisa melawan berbagai macam serangan virus,
kuman, dan bakteri.
Jadi tidak usah gelisah saat anak sebentar-sebentar panas.
Kalau panasnya tidak tinggi atau tidak sampai tiga hari lebih baik dirawat di
rumah saja dan diperhatikan asupan gizi makanannya. Semoga pengalaman ini bisa
bermanfaat. Selamat berjuang para Mommy!
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kata Dokter Anak Tentang Campak
Ditulis oleh Nasyithun Izzah
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://sayaummiraihan.blogspot.com/2012/10/kata-dokter-anak-tentang-campak.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Nasyithun Izzah
Rating Blog 5 dari 5
5 komentar:
Mbak makasih share nya mbak sangat berguna buat saya.sangat bagus skli krna anak sy sering skli skt gabag saat panas demam.
Mbak makasih share nya mbak sangat berguna buat saya.sangat bagus skli krna anak sy sering skli skt gabag saat panas demam.
Makasih banyak bun atas pengalamannya.
Anak saya berusi 8 bulan 14 hari, awalnya sakit panas sampai 39,7°C terus pilek, dikasih obat sanmol beberapa hari, saat dikasih obat turun panasnya dan saat tekat dikasih obat panas lagi..
Masih mau makan dan minum susu juga..
Seminggu kemudian keluar ruam merah di tangan dan kaki, karena sudah 10hari lebih deman turun demam turun, akhirnya saya kedokter, cek darah hasilnya negatif dbd dan tipes..terus dikasih obat turun panas,antibiotik dan cetirizin
Skrg udah 15 hari masih agak demam dan masih keluar merah2 diwajah dan badannnya
Saya bingung bun,sakitnya kenapa nggak sembuh2 ya, harus kah dihabiskan obatnya atau nggak?
Terima kasih sudah share pengalaman . Saya sering galau obat pabrik yang rasanya cepat sembuh vs makanan alami yang harus sabar extra dig dug. Biasanya obat beli, tapi setahun bisa 3x kena gabag
Anak saya juga selama 2 hari panas tinggi 39,5 skrg di muka dan dada merah" kata tetangga terkena campak.
Klo anak saya minum SuFor gmn ya baiknya coz ASI ga keluar
Posting Komentar