Kenapa Program Parenting Ada?
Selasa, 07 Agustus 2012
0
komentar
Anak adalah anugerah yang sangat berharga. Banyak orang tua
yang rela melakukan berbagai hal termasuk merogoh kantung yang cukup dalam demi
mendapatkan sang buah hati. Namun sayangnya ketika anugerah ini datang tak
sedikit orang tua yang merasa kebingungan bagaimana cara mendidik anaknya.
Sehingga yang terjadi adalah salah pengasuhan yang akan berakibat fatal bagi sang anak.
Akhir-akhir ini wacana bagaimana mendidik anak dengan baik
sudah mulai digulirkan. Bagai bola salju yang terus menggelinding dan membesar,
banyak orang tua yang tergugah dan berusaha mencari informasi sebanyak mungkin.
Program yang lebih dikenal dengan nama parenting ini mencoba memberikan
informasi tentang mendidik anak agar bisa berhasil kelak dalam kehidupannya.
Banyak orangtua yang merasa tidak puas dengan didikan
orangtuanya dulu sehingga ingin memberikan yang lebih baik bagi anak-anaknya.
Namun, ada pula yang menyanggah dan mengatakan bahwa program parenting ini
tidak perlu. Dia beralasan bahwa orangtuanya dulu tidak pernah ikut program
seperti ini, tapi anak-anaknya berhasil dan sukses. Atau paling tidak tetap
jadi ‘orang’.
Lalu apa yang membedakan? Kenapa ada anak yang bisa sukses
sementara yang lain tidak? Apakah orang tua yang mempunyai anak-anak sukses dan
berhasil dulu pernah ikut program semacam ini? Misalnya saja apakah orang tua
Presiden pertama kita, Soekarno, pernah mendapat pendidikan parenting sehingga
bisa ‘menghasilkan’ anak yang mempunyai talenta luar biasa?
Seorang praktisi pendidikan pernah berkata paling tidak ada
dua alasan kenapa orang tua yang tidak pernah ikut program parenting tapi
anaknya tetap bisa sukses, yaitu naluri tepat sebagai orang tua dan lingkungan yang
membentuk kepribadian anak.
NALURI TEPAT DARI ORANG TUA
Setiap orang tua memiliki naluri mendidik anak
masing-masing, yang pada umumnya sebagian besar caranya diwarisi secara turun
temurun dari orangtuanya. Selanjutnya naluri ini berkombinasi dengan tipologi
kepribadiannya sendiri dan lingkungan sekitar yang membentuknya.
Orang tua yang mewarisi tradisi
mendidik yang baik dari orangtuanya ditambah dengan pola kepribadian yang
seimbang serta lingkungan yang baik pula, maka akan melahirkan pola mendidik
yang baik pada anaknya.
Namun faktanya tidak semua orang
tua memiliki kepribadian yang seimbang dan tidak semua orang mewarisi cara
mendidik yang baik dari orangtuanya. Itu artinya tidak semua orang memiliki
naluri mendidik yang tepat jika hanya mengandalkan pengalaman masa lalunya.
Seorang peneliti perilaku pernah
melakukan penelitian terhadap beberapa pimpinan yang otoriter dan tiran,
seperti Hitler dan Pol Pot. Dia menemukan bhawa perilaku para pemimpin tiran
itu ternyata adalah warisan turun temurun dari pola didik keluarganya, artinya
bahwa cara mendidik yang salah akan terus diwariskan kecuali ada satu generasi
yang mau mengubahnya.
Karena itulah program parenting
mulai diselenggarakan agar kesalahan pola didik tidak terjadi pada generasi
selanjutnya.
Orang tua yang bersikap keras dan
suka memukul kemungkinan besar karena dia dibesarkan dengan cara yang seperti
itu pula. Karena orang tua mempunyai peran besar dalam mendidik anak, bagaimana
anak itu tumbuh tidak lain merupakan cerminan kepribadian orangtuanya.
KONDISI LINGKUNGAN YANG BERBEDA
Kita tentu sepakat lingkungan
tempat anak kita dibesarkan sekarang sungguh jauh berbeda dengan lingkungan
saat kita kecil dulu. Apalagi bila dibandingkan dengan keadaan orangtua kita
saat masih era penjajahan. Jadi pola pendidikan harus ikut berubah dan dinamis
sesuai tuntutan zaman.
Kesalahan terbesar cara mendidik
orang tua adalah selalu menjadikan masa lalu sebagai patokan. Seringkali kita
membandingkan anak-anak dengan keadaan kita saat seusia mereka. Kita berharap
di usia yang sama, anak bisa melakukan apa yang dulu dilakukan orangtuanya.
Misalnya “Dulu waktu ayah seumur
kamu, Ayah bisa naik sepeda roda dua. Kamu masih saja pakai roda bantuan ”,
“Dengar ya, Mama dulu umur 7 tahun sudah biasa cuci baju sendiri, nggak kayak
kamu suruh beresin mainan aja susah.”
Orang tua mengambil peran 70% dalam
membentuk pola perilaku anak, namun jika orang tua tidak melakukan perannya
dengan baik maka lingkunganlah yang akan mengambil peran 70% tersebut. Padahal
lingkungan sekarang, saat anak kita dibesakan, sangat jauh berbeda dengan
lingkungan kita dulu.
Dahulu saat arus informasi belum sederas ini
kita masih bisa terhindar dari tayangan kekerasan, muatan pornografi, narkoba,
atau game yang membuat kecanduan dan lupa waktu. Tapi sekarang rasanya mustahil
bisa menghindarkan anak 100% dari hal-hal yang mengancam ini. Apakah kita akan
mengisolasi mereka di rumah? Tidak membolehkan anak menggunakan teknologi dan
perlatan elektronik? Atau mencabut keberadaan TV di rumah?
Disadari atau tidak televisi
merupakan sarana masuknya berbagai informasi ke dalam rumah, yang positif dan
negatif. Televisi bisa bebas memberikan apapun yang dikandungnya langsung
dihadapan anak-anak. Televisi tak bisa membedakan apakah penontonnya anak-anak,
remaja, atau orang tua. Tidak ada filter yang menyaring sehingga tayangan orang
dewasa bisa dilihat anak-anak. Orangtualah yang membuat saringan itu.
Lalu bagaimana jika karena
kesibukan orang tua lupa membatasi informasi yang diterima anak? Apa dampak pola kehidupan modern yang juga menyeret kaum
ibu untuk bekerja sehingga melalaikan pengasuhan anak?
Program parenting diadakan tidak
hanya bertujuan membentuk pola didik yang baik tapi juga meredam dampak negatif
dari arus informasi. Sementara lingkungan adalah pembentuk perilaku pertama
jika orang tua dan guru tidak lagi efektif berperan.
Karena itu kurang bijaksana
rasanya jika hanya mengandalkan pengalaman masa lalu dalam mendidik anak-anak
jaman sekarang. Kita hidup di era globalisasi dan mengikuti pola hidup modern,
tapi dalam mendidik anak masih menggunakan pola didik jaman dahulu. Mirip orang
berjalan apakah jadinya jika saat berjalan selalu menoleh ke belakang tanpa
melihat ke depan? Anda pasti tahu hasilnya.
Dan sayangnya sekarang bukan lagi
saatnya berjalan tapi kita harus berlari, berlari mengejar ketertinggalan agar
tak menjadi bangsa yang terus terpuruk. Sudah saatnya anak mendapatkan
pendidikan yang lebih baik agar mereka bisa berhasil di dunia dan akhirat.
Baca Selengkapnya ....