Memeluk Mimpi

Posted by Nasyithun Izzah Jumat, 26 Oktober 2012 0 komentar

Setiap orang pasti mempunyai mimpi atau cita-cita. Pepatah mengatakan gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Saya ingat ketika masih kecil, ada yang bertanya, “Apa cita-citamu?” maka dengan yakin saya menjawab, “Aku ingin menjadi guru”. Sementara anak-anak lain bercita-cita menjadi dokter, pilot, arsitek, astronot, presiden, atau ilmuwan. Semua cita-cita itu begitu optimis dan setinggi langit.
Tapi ketika dewasa berapa banyak yang  benar-benar mewujudkan mimpinya? Hanya sedikit sekali, yang banyak terjadi mereka melupakan impian itu dan menganggapnya hanya angan-angan sewaktu kecil. Orang-orang takut mengejar mimpi-mimpi mereka karena merasa tidak pantas untuk mendapatkannya atau  merasa impian itu mustahil diwujudkan.  
Tumbuh dewasa berarti bertambahnya berbagai persoalan kehidupan. Berarti pula semakin realistisnya manusia dalam memandang kemungkinan. Kenyataan hidup yang seringkali bertentangan dengan impian membuat mimpi itu kandas di tengah jalan. Tak banyak orang yang berani mengangkat wajah menentang apa yang ada didepannya, menerobos mencari jalan keluar. Kebanyakan bersembunyi dan memilih untuk menyerah.  
Hati manusia tidak suka menderita. Takut mengalami kesulitan dan ketidakbahagiaan. Takut bila hal yang diharapkannya tidak akan terjadi. Hati manusia benci terluka apalagi sampai berdarah-darah. Namun hukum alam berkata bahwa jalan menuju keberhasilan selalu penuh duri tajam. Setiap kesuksesan selalu menuntut pengorbanan dan airmata.
Sebelum mimpi terwujud dunia akan memberikan halangan dan rintangan kepada Si Pengejar Mimpi. Bukan karena dunia jahat tapi dunia ingin menguji sejauh mana ketangguhan Si Pengejar Mimpi. Semua ujian itu bertujuan agar manusia bisa mengambil pelajaran-pelajaran selama proses mengejar mimpi tersebut berlangsung. Bahkan terkadang proses itu lebih berharga ketimbang mimpi itu sendiri.
Tidak ada kata terlambat untuk mengejar cita-cita. Bila cita-cita itu sudah terkubur maka hal pertama yang harus dilakukan adalah menggalinya kembali. Bila sudah dilupakan maka harus diingat kembali. Seperti yang dilakukan oleh Heinrich Schliemann, penemu reruntuhan Kota Troya.
Troya yang disebutkan dalam kisal Illiad dahulunya hanya dianggap sebagai negeri dongeng dalam mitologi Yunani. Sebuah kisah yang menceritakan tentang Achilles dan penyerangan Kota Troya. Troya yang memiliki benteng kuat sehingga tidak mudah ditembus musuh akhirnya kalah karena taktik kuda kayu. Kisah ini pernah difilmkan pada tahun 2004 dengan judul Troy.
Schliemann yang menyukai kisah dongeng sejak kecil menganggap bahwa Troya benar-benar ada. Semua teman-temannya menertawakan Schliemann dan menanggapnya hanya berkhayal. Tapi Schliemann tetap teguh dengan pendiriannya hingga ia berhasil menemukan reruntuhan itu pada tahun 1869.
Tentu tidak mudah jalan yang dilalui Schliemann untuk menwujudkan impiannya. Ia pernah mengalami sakit parah akibat kerja kasar dan tenggelam di laut karena kapal yang ia tumpangi disapu badai. Namun ia tak menyerah, perlahan bangkit dan terus belajar dan berusaha. Hingga akhirnya Schliemann berhasil mendirikan perusahaan dagang, menjadi kaya raya dan menikahi seorang wanita bangsawan.
Saat berumur 41 tahun Schliemann membubarkan perusahaan dagangnya dan memulai ekspedisi keliling dunia demi mencari reruntuhan Troya. Schliemann rela meninggalkan hidup mewah dan bercerai dari istrinya yang tidak mendukung mimpinya. Ia lalu masuk universitas,  mengambil jurusan arkeologi dan sejarah sekaligus.
Schliemann berhasil menggali dan menemukan reruntuhan Troya saat berumur 47 tahun. Meski reruntuhan Troya tidak terlalu menarik jika dibandingkan dengan Kuil Parthenon, tapi bagi Schliemann reruntuhan itu berarti segalanya. Karena pada akhirnya Ia bisa mewujudkan mimpinya dan membuktikan bahwa Troya bukan sekedar dongeng belaka.
 Bila bermimpi mewujudkan cita-cita maka diri harus siap menghadapi segala kemungkinan, bahkan yang terburuk sekalipun. Karena pada dasarnya sesuatu bisa terwujud jika kita mau terus berusaha dan pantang menyerah. Jangan menganggap sesuatu itu tidak mungkin, selama mimpi itu bukanlah menghidupkan orang yang mati.
Berapapun usia kita sekarang bukan alasan untuk melupakan mimpi dan cita-cita. Bagi yang muda maka kesempatan masih terbuka luas. Berbagai peluang masih bisa diraih. Jangan sia-siakan energi darah muda dalam diri hanya untuk menyerah pada keadaan. Segera tentukan hidup seperti apa yang kita inginkan.
Sedangkan bagi yang sudah melewati masa muda atau sudah merasa lelah untuk berusaha maka bisa membantu orang-orang di sekitarnya untuk mewujudkan mimpinya. Jika telah menjadi orang tua, bantulah putra-putri kita mengejar mimpinya. Biarkan dia memilih cita-cita. Jangan memaksakan kehendak dengan dalih bahwa itu yang terbaik untuknya. Jangan pula cita-cita orang tua yang tak tercapai jadi dibebankan pada anak-anak.

Setiap orang mempunyai kesempatan untuk mewujudkan impiannya. Karena manusia terlahir dengan bakat alami yang unik. Meski manusia terikat takdir tapi kita tidak akan pernah tahu sampai dimana takdir itu bila tidak mencobanya.
Karena itu, sekarang saya sedang meniti jalan penuh tantangan demi menggapai cita-cita. Dibutuhkan banyak pengorbanan dan sifat keras kepala, sebab jalan yang saya tempuh akan menguras tenaga, pikiran, dan harta. Namun ingatan bahwa setiap langkah membuat mimpi semakin nyata kembali mengobarkan semangat. Menguatkan hati yang lelah dan melemah. Saya harus menjaga harapan itu, karena harapan adalah alasan seseorang tetap hidup.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Memeluk Mimpi
Ditulis oleh Nasyithun Izzah
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://sayaummiraihan.blogspot.com/2012/10/memeluk-mimpi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Ummi Raihan.