Hikayat Radio Rusak
Kamis, 12 Juli 2012
0
komentar
Apa yang anda lakukan jika tiba-tiba radio Anda rusak?
Apakah Anda akan memukul-mukul radio tersebut sembari berharap bisa hidup
kembali? Saya yakin kebanyakan kita akan melakukan hal seperti itu.
Permasalahannya jika kita melakukan itu setiap kali radio rusak apakah radio
bertambah baik atau semakin rusak?
Jika radio sudah mati barulah dibawa ke tukang reparasi
untuk dicari penyakitnya. Kenapa kita memukul-mukul radio kita saat radio itu
rusak ketimbang mencari tahu dimana letak kerusakannya? Ada beberapa alasan,
diantaranya:
1.
Tidak tahu penyebab kerusakannya
2.
Ingin cara mudah dan cepat
3.
Terbawa emosi dan rasa kesal karena terjadi
berulang-ulang.
4.
Tidak ingn repot mencari penyebab masalah dan
menemukan solusinya
Tanpa sadar seringkali para orang tua memperlakukan anaknya
mirip radio rusak. Ketika anak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
keinginan orang tua, mereka serta merta dipukul baik dengan tangan atau
kata-kata kasar. Jarang ada orang tua yang mau menyempatkan diri mencari tahu
kenapa anaknya melakukan hal yang dalam pandangan orang tua dikategorikan
‘nakal’ tersebut.
Setelah si anak tidak dapat diperbaiki barulah dikirim ke
pusat rehabilitasi atau penampungan remaja bermasalah, pesantren, bahkan ada
yang singgah di Lembaga Pemasyarakatan. Mudah-mudahan diantara anak kita tidak ada
yang mengalami demikian.
Alasan yang mendasari pun hampir sama:
1.
Kebanyakan orang tua tidak tahu kenapa anaknya
melakukan hal seprti itu.
2.
Setiap orang tua ingin cara cepat dan mudah
untuk mengatasi perilaku anak.
3.
Sebagian besar orang tua didorong perasaan emosi
dan marah.
4.
Sedikit orang tua yang mau bersusah payah
mencari solusi.
Seperti radio rusak, awalnya akan memberikan reaksi
‘seolah-olah sembuh’. Tetapi lama kelamaan akan muncul tekanan kejiwaan pada
diri anak yang berujung pada perlawanan anak pada orang tua. Jika orang tua
mengeluh anaknya saat remaja susah diatur dan suka melawan, coba flash back kebelakang bagaimana orang
tua selama ini meperlakukan anak mereka.
Alangkah sedihnya hati para anak jika orang tua
terus-menerus memperlakukan mereka seperti radio rusak. Bagaimana jadinya masa
depan mereka kelak? Anak yang mengalami tekanan kejiwaan apakah bisa berhasil
dalam hidupnya?
Bukti-bukti sudah banyak, bukan hanya di kalangan
remaja, anak-anak pun sudah melakukan
tindak kekerasan. Bahkan, beberapa waktu lalu kita melihat budaya kekerasan
sudah masuk ke dalam rapat anggota dewan yang terhormat.
Anak adalah buah cinta kasih kedua orang tuanya, laksana
permata yang begitu berharga. Saking berharganya sekaya apapun kita tak akan
pernah bisa membuat seorang anak. Sungguh ironi jika kita memperlakukan sesuatu
yang berharga ini seperti barang rusak yang sewaktu-waktu bisa dibuang ke tong
sampah.
Seringkali orang tua menganggap sepele tindak kekerasan yang
dilakukan pada anaknya, padahal hal itu akan terekam di otaknya dan akan
membetuk perilakunya saat dewasa.
Mari kita belajar mengelola anak secara tepat, memanajemen
anak agar kelak anak tidak menjadi ‘radio rusak’ yang banyak ditemui di
rumah-rumah negeri ini. Agar orang tua tidak terkaget-kaget bila suatu hari
anaknya tumbuh menjadi pembangkang dan gemar bertindak kekerasan.
Disarikan dari: Indonesian Strong From Home, by Ayah Edy
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Hikayat Radio Rusak
Ditulis oleh Nasyithun Izzah
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://sayaummiraihan.blogspot.com/2012/07/hikayat-radio-rusak.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Nasyithun Izzah
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar